June 23, 2010


Kisahnya si tukang bakso...

Adapun kisah ini dikutip drp kisah seberang, makanya sila tukar tune pembacaan anda ye.

Suatu hari Pak Hendra (glamer kan nama ni kat sinetron) sedang berehat di laman rumah banglonya. Sambil duduk membaca koran (surat khabar ye, bukan al Quran), terdengar cucu2nya riang bermain di sebelah kolam renang. Tiba2 terdengar teriak si penjual bakso melintasi rumah agamnya. "Bakso, bakso. Bakso panas, enak enak," begitulah agaknya bunyinya, manalah aku tau sbb aku tak minat bakso. "Shiapa mau bakso?," Pak Hendra bertanya kepada anak2. "Mau...," jawab mereka hampir serentak. Lantas si penjual bakso dipanggil oleh Pak Hendra.

"Bakso lima, kurang pedes ya, ini anak2 kepingin jajan," Pak Hendra mengoder. "Iyah pak, iyah," Doyok si tukang bakso (org sana semua dipanggil tukang hatta penjual bakso, aku agaklah...) cekap memenuhi permintaan pelanggannya. Selasai makan, Pak Hendra membuat bayaran. Apa yang menghairankannya, wang tersebut dibahagi tiga oleh Doyok. Satu bahagian dimasukkan ke dalam laci kereta dorong (kereta sorong), satu dalam wallet dan satu lagi ke dalam bekas plastik. "Kalau tidak keberatan, emangnya kenapa sih kamu membagi2 uwangnya ke dalam laci, dompet dan kencleng? Kenapa enggak disimpan aja dalam dompet?" Pak Hendra bertanya sambil mengecilkan matanya.

"Oh, saya sudah melakukan begini selama 17 tahun pak, sebabnya sangat sederhana. Uwang yang masuk laci akan digunakan untuk infaq dan sedekah. Manakala yang masuk dompet itu buat memenuhi keperluan hidup sehari2. Dan uwang yang masuk kencleng itu buat simpanan pergi mengerjakan haji. Kan itu saran agama kita pak?" Doyok menerangkan dengan suara yang sangat sederhana. "Tapi kan ibadah haji itu hanya wajib kepada yang mampu, termasuk dalam kemampuan dalam biaya?" Pak Hendra menduga tukang bakso. "Itulah pak, emangnya saya jesteru malu kalau bicara soal mampu dan tidak mampu. Kalau kita mendifinisikan diri kita sebagai manusia yang tidak mampu, maka selamanya kita menjadi tidak mampu. Sebaliknya kalau kita meletakkan diri kita 'mampu' maka insyaallah, Allah akan membantu kita menjadi manusia yang mampu," jawapan yg sangat bernas dari seorang tukang bakso. Kita camne? Bakso anyone????

6 comments:

  1. If you think you are beaten, you are. If you think you dare not, you won't.

    ReplyDelete
  2. eh, mcm penah bace jer...baru mlm td...

    ReplyDelete
  3. si tukang bakso sungguh beserdahana, tiap2 hasil dibahgi sama rata hanya untuk kejalan allah. agak2 kite yg bergaji agak besar ni, ade berpeel mcm tukang bakso tak ye!

    ReplyDelete
  4. kata sorang ustaz tme berceramah, kalau ditanya kenapa kita tak pemurah, kita kata kita miskin, bila kaya sikit, kita kata belum kaya sgt, bila dah kaya, kita kata tu sume hak kita, kita yg berusaha...hai manusia...

    ReplyDelete
  5. best la cite nieh...encik dapat kat ner yer? sajer nak tau....hehehehe

    ReplyDelete
  6. ntahlah, dah lupa lak...tp yg penting saya dah alter ikut tulisan sendiri...versi asalnya buleh wat org kita feninglah...

    ReplyDelete

Alah, aku tau korg sumer x sabor nak komen kan? silakanlah, kalau tak korg akan menyesal.