November 19, 2009


Di Bawah Lindungan Kaabah



"Ya Rabbi, ya Tuhanku, Yang Maha Pengasih dan Penyayang, di bawah lindungan Ka`bah, rumah Engkau yang suci dan terpilih ini, saya menadahkan tangan memohon kurnia. Kepada siapa lagi yang saya akan pergi memohon ampun, kalau bukan Engkau ya Tuhanku! Tidak ada suatu tali pun tempat saya bergantung, lain daripada tali Engkau, tidak ada pintu yang akan saya tutup, lain daripada pintu Engkau. Berilah kelapangan jalan buat saya, saya hendak pulang ke hasrat Engkau; saya menuruti orang-orang yang dahulu daripada saya, orang-orang yang bertali hidupnya dengan hidup saya. Ya Rabbi, Engkaulah Yang Maha Kuasa, kepada Engkaulah kami sekalian akan kembali….."
Setelah itu suaranya tidak kedengaran lagi; di mukanya terbayang suatu cahaya muka yang jernih dan damai, cahaya keredhaan daripada Ilahi. Di bibirnya terbayang suatu senyuman dan….Sampailah waktunya lepaslah ia daripada tanggungan dunia yang amat berat ini, dengan keizinan Tuhannya, di bawah lindungan Ka`bah!


Wah, wah, wah...satu karya agung daripada pendeta agung. Aku tak malu mengaku baca karya sehebat ini kat korang, siap menitik air mata tu...kisah yang cuba mendefinisi arti cinta sebenar. Agak2nya ada tak lagi karya sebandingnya pada zaman ini?